Jika Tatakelola SDA Tidak Diperbaiki, Indonesia Berpotensi Jadi Negara Gagal

- Jurnalis

Sabtu, 21 Juni 2025 - 12:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengamat ekonomi senior dan Gurubesar IPB Bogor Didin S Damanhuri.

Pengamat ekonomi senior dan Gurubesar IPB Bogor Didin S Damanhuri.

JAKARTA | allnatsar.id – Saat ini kutukan sumber daya alam (natural resouces curse) disinyalir tengah terjadi di Indonesia. Ini sangat mengkhawatirkan dan membahayakan. Jika dibiarkan kita akan terperangkap pada situasi negara  yang terjebak pada  pendapatan menengah (middle income trap) dan akan mengarah pada negara gagal (false state) yang  bisa menyebabkan perpecahan.

Pengamat ekonomi politik senior yang juga adalah Gurubesar IPB Bogor Didin S Damanhuri menyatakan hal itu kepada KBA News, Jum’at, 13 Juni 2025 menyikapi kisruh kontroversi tambang nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. “Kasus itu cuma  satu dari banyaknya masalah pertambangan dan pertanahan di negara kita, yang nampaknya Pemerintah tidak dipertimbangkan akibat jangka panjangnya,” katanya.

Ditambahkan oleh peneliti senio Indef itu, fenomena kutukan SDA  itu diinpirasikan  oleh  Belanda pada tahun 1960-an yang waktu itu kaya Migas tetapi kemudian dampaknya malah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan tidak memecahkan masalah sosial dan kesejahteraan. Lalu mereka memperbaiki tata kelolanya dengan cara  mencegah korupsi dan menjaga tidak terjadi  konflik sosial di tengah masyarakat.  Belanda berhasil mengatasi semua itu.

Dia mengingatkan, saat ini kutukan SDA itu sudah mengarah ke Indonesia dan nampaknya  akan terjadi dengan lebih masif dan membahayakan. Sudah terlihat banyak tanda-tanda yaitu di daerah-daerah di mana ada konsentrasi pemanfaatan SDA ini, seperti migas, gas, nikel,  batubara, sawit  dan karet, rakyat wilayah di sekelilingnya tidak mendapat  manfaat yang maksimal. Ini terlihat jelas di Papua, Morowali, Ternate, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Banyak wilayah kaya SDA di sekitarnya justru  tidak membuat makin sejahtera bahkan makin miskin.

“Mengapa itu bisa terjadi? Karena tatakelola  SDA itu buruk. Perizinannya kongkalikong antara pemerintah dengan pengusaha. Juga terjadi korupsi dan manipulasi terhadap hasil SDA itu. Ini menimbulkan masalah besar. Alam menjadi rusak parah tetapi rakyat tidak menikmati. Mereka menjadi teralienasi (terasing) dari proyek-proyek yang menghasilkan dana besar untuk pengusaha dan penguasa dalam permufakatan jahat,” kata Didin.

Baca Juga :  Melinda Aksa Tinjau TPS3R Kelurahan Untia, Dorong Sinergi Atasi Sampah dan Dukung Urban Farming

Secara teknis, tambahnya,  hasil ekspor SDA itu  secara nasional  sangat besar, kira-kira 85 persen dari ekspor nasional  secara keseluruhan. Itu tentunya  menyebabkan  kenaikan pendapatan negara. Kondisi ini memperbaiki kurs mata uang menjadi tinggi.  Tetapi dampak negatifnya juga tidak kecil. Industri manufaktur malah menurun, karena pemerintah lebih mendahulukan eksplorasi SDA karena tingginya insentif yang diterima negara.

Berdasarkan data, di era Reformasi keadaan tidak membaik  malah mengkhawatirkan. Telah terjadi deindustrisasi manufaktur, yang saham dan kontribusi terhadap negara terus menurun tajam.  Di akhir Orde Baru atau awal Reformasi kontribusi itu sebesar 30 persen sekarang ini hanya 18 persen, Ini diperparah oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin kecil.

Terjebak masalah akut

Di masa Orde Baru pertumbuhan mencapai 7,5-8 persen, di era Reformasi hanya berkisar 5 persen.  Dengan kondisi seperti itu, jika tatakelola SDA ini tidak diperbaiki maka kita bisa terjebak kepada kutukan SDA tadi. Yaitu kayanya SDA mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat dan  membuat deindustrialisasi sektor manufaktur. Padahal sektor terakhir ini sangat penting karena memberikan keterampilan kepada rakyat banyak, dari pada industri ekplorasi SDA.

“Yang paling parah membuat rakyat di  daerah penghasil SDA itu  semakin miskin  karena tidak mendapat manfaat dari kelimpahan SDA itu.  Ini makin diperparah  dengan konflik agraria antara rakyat yang dipaksa menyerahkan tanahnya kepada pemodal yang didukung penguasa. Umumnya terjadi rakyat dikalahkan dan tersingkir. Ini memiriskan hati karena menyentuh rasa keadilan  yang didambahkan rakyat,” kata Didin yang juga pengajar di Universitas Paramadina itu.

Baca Juga :  Makassar Bangun Sinergi Global pada World Cities Summit Mayors Forum di Austria 2025

Oleh karena itu, tambahnya, reformasi tata kelola komoditas SDA yang merupakan andalan  ekspor Indonesia tersebut haruslah dikakukan secara mendasar dengan melakukan beberapa langkah. Pertama, izin-izin usaha untuk ekspoitasi SDA itu tidak hanya ditangani  oleh satu kementerian tetapi lebih interdep melibatkan banyak kementerian, juga melibatkan Pemda di daerah tersebut dan yang juga penting ada wakil dari masyarakat adat.

Kedua,  ada audit yang berotoritas bukan saja dalam masalah finansial tetapi juga masalah eksporasi bertentangan atau tidak dengan UU dan Konstitusi. Ketiga, gerakan Antikorupsi  harus diperkuat dengan dipelopori oleh  KPK yang melihat dari segi politik dan KPPU  untuk mengawasi penyalahgunaan yang dilakukan oleh entitas korporasi.

Ditekankannya, upaya yang  bersungguh-sungguh  untuk memperbaiki semua itu akan bisa mengurangi kutukan SDA. Ini adalah sesuatu yang serius untuk  kebaikan rakyat dan negara ini. Kalau itu tidak dilakukan kita akan mengalami jebakan negara dengan penghasilan menengah (middle income trap)  dan pada akhirnya akan menjadi negara gagal (failed state), seperti yang tejadi di negara Afrika yang kaya SDA tetapi tidak pandai mengelolanya.

“Ini yang harus diperhatikan dan diseriusi oleh pemerintah Prabowo. Kita jangan sampai mengalami seperti Afrika di mana negara pecah karena pengelolaan SDA itu tidak merata dan tidak memenuhi rasa keadilan dari kelompok dan daerah lain. Di mana  kekayaan alam tidak jatuh ke rakyat banyak tetapi ke segelintir elit yang rakus dan serakah,” demikian Didin S Damanhuri.

Berita Terkait

BBM Bersubsidi di Selayar Habis, Mengalir Entah Kemana
Kolaborasi Pemkot Makassar dan BBWS Jeneberang Bahas Penataan Sungai dan Kanal
Munafri-Aliyah: Kecamatan Manggala Jadi Fokus Pemerataan Pembangunan Kota Makassar
Wali Kota Makassar Tekankan Program Pro-Rakyat di Pesta Rakyat Kecamatan Mamajang
Walikota Munafri Tekankan Pentingnya Transportasi Harmonis dan Ramah Lingkungan di Kota Makassar
Pemerintah Kota Makassar Tingkatkan Respons Layanan Publik Melalui Optimalisasi SP4N-LAPOR
Hadiri Rapat Forkopimda Sulsel, Walikota Makassar Bahas Deteksi Dini Potensi Gangguan Pemerintahan
Munafri-Aliyah Paparkan Tujuh Program Unggulan Pemkot Makassar di Pesta Rakyat Kecamatan Tamalate
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 11:10 WIB

BBM Bersubsidi di Selayar Habis, Mengalir Entah Kemana

Jumat, 22 Agustus 2025 - 14:30 WIB

Kolaborasi Pemkot Makassar dan BBWS Jeneberang Bahas Penataan Sungai dan Kanal

Jumat, 22 Agustus 2025 - 14:11 WIB

Wali Kota Makassar Tekankan Program Pro-Rakyat di Pesta Rakyat Kecamatan Mamajang

Rabu, 20 Agustus 2025 - 22:51 WIB

Walikota Munafri Tekankan Pentingnya Transportasi Harmonis dan Ramah Lingkungan di Kota Makassar

Rabu, 20 Agustus 2025 - 22:43 WIB

Pemerintah Kota Makassar Tingkatkan Respons Layanan Publik Melalui Optimalisasi SP4N-LAPOR

Berita Terbaru

Activities

BBM Bersubsidi di Selayar Habis, Mengalir Entah Kemana

Sabtu, 23 Agu 2025 - 11:10 WIB